Kamis, 03 September 2015

Kearifan Warga Betawi


Pakar ilmu-ilmu sosial menangkap perilaku pola hidup masyarakat  tradisional dengan mendefinisikannya menjadi kearifan lokal. Mereka mengatakan, kearifan lokal adalah cara dan praktik yang dikembangkan oleh sekelompok masyarakat, yang berasal dari pemahaman dan interaksi mendalam akan lingkungan tempat tinggalnya. Kearifan lokal berasal dari masyarakat untuk masyarakat yang dikembangkan dari generasi ke generasi, menyebar, menjadi milik kolektif, dan tertanam di dalam cara hidup masyarakat setempat. Masyarakat memanfaatkan tata atur kearifan lokal  untuk menegaskan jatidiri dan bertahan hidup.
Betawi sebagai suku dan kebudayaan inti Jakarta memiliki beragam keunikan. Seperti yang kita ketahui etnik Betawi merupakan percampuran dari beberapa etnik seperti Bugis, Hindu, Cina, Melayu, Arab, Belanda serta Portugis. Hal tersebut yang menjadikan kebudayaan Betawi menjadi beragam. Keragaman tersebut menimbulkan ciri tersendiri bagi masyarakat Betawi. Masyarakat Betawi pada dasarnya merupakan masyarakat yang terbuka/egaliter. Masyarakat Betawi tidak pernah merasa “mentang-mentang” ataupun egois di daerahnya sendiri. Masyarakat Betawi sangat menghargai para pendatang. Misalnya, setiap ada acara-acara dari etnik lain selalu diundang dan dianjurkan untuk memakai adat daerah mereka sendiri. Selain itu, kearifan lokal warga Betawi yang selalu mencari solusi dengan cara yang elegan, kuat rasa humor tanpa harus kehilangan substansi, dirasakan sebagai sebuah kekuatan yang harus dipertahankan
Masyarakat Betawi sangat mempertahankan kearifan nilai gotong royong dalam melakoni berbagai kegiatan kemasyarakatan. Misalnya, jika ada warga melaksanakan resepsi pernikahan, segenap tetangga menyingsingkan lengan baju membantu dengan berbagai cara. Entah membantu dengan beras, sayur-mayur, daging, buah-buahan, dan sebagainya. Hebatnya, semua bantuan itu dicatat oleh penerima yang pada gilirannya akan dikembalikan kepada penyumbang manakala yang bersangkutan menyelenggarakan hajat. Begitu seterusnya. Sementara itu tradisi angpau yang dilembagakan masyarakat Betawi, menjadi menarik lantaran banyak pihak yang semula memandang sinis, justru  di kemudian hari meng-copy-paste secara vulgar. Dulu masyarakat non Betawi menyelenggarakan resepsi di gedung yang disewa. Undangan umumnya datang membawa hadiah berupa kado atau karangan bunga. Kedua jenis ucapan selamat itu justru merepotkan karena memerlukan space cukup luas untuk menyimpannya. Belum lagi jika harus diangkut dibawa pulang, pasti memerlukan biaya tambahan. Itu sebabnya angpau sebagai ucapan selamat model masyarakat Betawi, membawa pencerahan dan inspiring selain tentunya efektif dan efisien. Mulailah undangan resepsi pernikah mencantumkan keterangan ”Ungkapan simpatik dan ucapan selamat sebaiknya tidak berupa karangan bunga atau kado”. Artinya, ucapkanlah dengan uang! Tak seperti masyarakat Betawi, yang menerima angpau ’salam tempel’ dan bersentuhan secara langsung, angpau orang non Betawi dimasukkan ke dalam kotak khusus yang disediakan di dekat meja penerima tamu atau di samping pelaminan. Kini kado dan karangan bunga sudah tak lazim beredar pada pesta resepsi perkawinan. Kedudukannya tergantikan oleh angpau ala Betawi.
Setiap warga Betawi memiliki bentuk rumah yang khas, di mana pada awalnya rumah Betawi terbuat dari kayu dan bambo. Seiring perkembangan zaman, rumah Betawi menggunakan tembok sebagai dindingnya. Yang menjadi ciri khas rumah Betawi adalah menggunakan atap dari genteng, apapun material rumahnya. Selain beratapkan genteng, yang menjadi ciri khas rumah Betawi adalah memiliki peralatan rumah yang luas. Jendelanya pun dibuat lebar dan terbuka, beranda yang sekaligus berfungsi sebagai ruang tamu dibuat terbuka. Hal ini menunjukkan betapa terbukanya kebudayaan Betawi terhadap pendatang. Meskipun terkesan sederhana dan terbuat dari bahan-bahan sederhana, rumah Betawi memiliki ornament khas. Sebagai contoh, konsep rumah tradisional atau etnik dapat menggunakan elemen dari bahan kayu tradisional yang diukir dengan ukiran khas Betawi. Ornamen ukiran tradisi yang bisa dilihat ada pada jendela, pintu, kusen, atau lubang angin, yang terpengaruh oleh budaya dari Arab, Portugis, Cina, dan Belanda. Selain itu, di setiap rumah Betawi selalu terdapat pepohon di halaman rumah.baik itu pohon yang berada di dalam tempat atau pot, maupun pohon buah-buahan yang besar. Adanya pepohonan di setiap rumah Betawi mengindikasikan bahwa warga Betawi menyukai suasana yang sejuk dan ikut berperan untuk menjaga kelestarian lingkungan. Di belakang rumah Betawi biasanya juga terdapat galian lubang yang berfungsi untuk membakar sampah. Warga Betawi juga sangat menjaga kebersihan lingkungan, setiap minggu mereka biasanya membersihkan rumah dan lingkungan sekitar mereka.
Menurut tradisi orang Betawi, ada beberpa hal yang harus diperhatikan ketika hendak membangun sebuah rumah. Ada beberapa pertimbangan yang dipakai, diantaranya segi biaya, bahan material bangunan, lahan di mana rumah akan dibangun, dan berbagai pertimbangan yang sifatnya gaib. Di beberapa wilayah, masyarakat Betawi memiliki aturan jika membangun rumah berdasarkan arah naga bbesar. Tradisi turun-menurun yang harus dipatuhi adalah jangan membangun rumah di atas lahan yang telah dikeramatkan. Tidak boleh membangun rumah yag posisinya berada di sisi kiri rumah orang tuanya.  Masyarakat Betawi memiliki kepercayaan bila membangun rumah yang posisinya berada di sisi kiri rumah orang tua, menyebabkan keluarga anaknya akan menderita sakit dan rezekinya tidak lancar. Sebelum membangun rumah, diadakan upacara andilan atau upacara prapembangunan. Pacar andilan ini bisa dikatakan sebagai pertemuan keluarga besar. Dalam pertemuan ini, seluruh keluarga berkumpul, bergotong oyong untuk memberikan bantuan sesuai kemampuannya. Bantuan yang bisa diberikan antara lain bahan bangunan, seperti genteng, papan, kayu, bambu. Bahkan, ada yang memberikan bantuan dalam bentuk uang. Sebelum memulai pembangunan rumah, masyarakat Betawi mengadakan acara tahlilan. Tahlialan dilakukan supaya selama pembangunan mendapat kemudahan dan keberkahan.
Biasanya, sehari menjelang Ramadhan atau puasa, orang Betawi punya kebiasaan yang khas, yaitu Mandi Merang. Kebiasaan ini sering dilakukan saat sore hari menjelang puasa esok, terutama para ibu dan para gadis-gadis. Mereka berkeramas menggunakan merang. Caranya, kulit gabah dibakar kemudian dicampur dengan buah rek-rek. Buah yang biasa digunakan untuk menyepuh perhiasan, emas dan perak, agar mengkilat kembali. Di samping merang, untuk keperluan keramas ada kalanya digunakan lidah buaya. Sedangkan untuk memperindah dan mencegah kerontokan rambut digunakan minyak kemiri. Namun, hal itu semua sudah tergantikan dengan shampo. Sebetulnya, mandi dan keramas tersebut mempunyai motif tersendiri yakni pembersihan lahir dan batin dalam menyambut bulan suci Ramadan. Ada lagi tradisi yang hingga kini masih terus dilakukan, yakni tradisi ziarah kubur atau nyekar menjelang puasa. Namun biasanya, hal itu dilakukan khusus kaum pria. Wanita dilarang karena khawatir ada di antara mereka yang mendapat haid. Ziarah kubur dilakukan sebagai penghormatan dan mendoakan arwah orang tua dan keramat. Banyak yang membaca surat Yasin atau membaca tahlil, sambil membersihkan makam kerabat. Yang biasa juga dilakukan masyarakat Betawi menjelang Ramadan adalah mengantar penganan atau bingkisan (disebut juga Nyorog) kepada anggota keluarga yang lebih tua, seperti bapak/ibu, mertua (calon mertua), paman, kakek/nenek atau kerabat dekat. Bukan saja anak dan cucu, calon mantu juga mengantar penganan pada calon mertua. Penganan atau bingkisan itu umumnya berupa roti, sirup, kopi, susu, gula, dan kurma.
Kearifan warga Betawi yang lain terlihat pada saat hari besar keagamaan atau ketika ada acara tertentu, di mana warga Betawi selalu membuat makanan khas Betawi, seperti tape uli, kue apem, dodol Betawi, kue akar kelapa, dll. Makanan khas Betawi ini dibuat dengan cara khas, seperti tape uli, di mana tape dan ulinya sama-sama dibuat dari ketan. Bedanya tape dari ketan hitam dan uli dari ketan putih. Kata nenek dalam pembuatan tape ada beberapa pantangannya, yaitu  pertama ketika membuat (mengaduk) tidak boleh dilewati oleh orang yang sedang berhalangan atau menstruasi. Kedua tidak boleh berbicara alias harus diam. Ini memang sekedar mitos tapi benar. Pernah kejadian dulu, waktu membuat tape, ternyata bibi saya sedang menstruasi dan melewati nenek yang sedang membuat tape, akhirnya tapenya rasanya asem dan tidak enak di lidah. Hal ini juga berlaku dalam pembuatan dodol Betawi, di mana dalam pembuatan dodol tidak boleh bicara kotor, baik dalam arti harfiah maupun arti kiasan dipercaya akan membuat rasa dodol menjadi tidak enak. Dari sisi ilmiah, hal ini untuk menjaga agar konsentrasi tetap pada pembuatan dodol. Selain itu, untuk membuat makanan khas Betawi juga memerlukan alat yang khas, seperti untuk membuat dodol harus memiliki kuali besar dari tembaga alias kenceng. Pada hari-hari besar selain membat makanan khas, orang Betawi juga selalu menggunakan baju koko dan peci untuk para lelakinya dan untuk wanita biasanya menggunakan pakaian gamis atau kebaya. Selain itu pada proses pernikahan ada prosesi  Buka Palang Pintu Sebelum mempelai pria diterima masuk ke dalam rumah. Caranya, si keluarga mempelai pria menjelaskan maksud kedatangan mereka dengan menggunakan pantun Betawi. Keluarga mempelai wanita juga menjawab dengan pantun, sehingga terjadilah berbalas pantun. Maksud prosesi ini sendiri adalah memberikan sejumlah syarat kepada calon mempelai pria sebelum diterima oleh pihak si gadis. Syaratnya, keluarga si pria harus pandai berkelahi dan mengaji. Tujuannya agar si pria mampu melindungi dan menjadi pemimpin agama buat keluarganya kelak. Biasanya setelah saling menantang dalam pantun, masing-masing keluarga mengeluarkan jurus ala silat Betawi. Konon, pada jaman dahulu mereka berkelahi betulan. Sekarang tentu saja perkelahian itu hanya simbol belaka. Karena pada dasarnya pihak keluarga perempuan cuma ingin melihat sejauh mana kepandaian silat si calon mempelai pria. Usai prosesi Buka Palang Pintu, mempelai pria pun diterima keluarga mempelai wanita. Selanjutnya mereka melakukan prosesi ijab dan kabul.

Referensi

1 komentar:

  1. Casino - JTGHub
    Welcome to the Casino and 안양 출장마사지 Games page of our mobile site. All Casino Games - Welcome to our website! All your 경산 출장안마 favourite 제천 출장안마 Casino 포항 출장안마 games, 통영 출장마사지 Roulette, Blackjack, live

    BalasHapus